Jumat, 23 Desember 2011

"Air ternyata bisa mendengar..." Subhanallah Allahu Akbar..


ALLAHU AKBAR...
Inilah keajaiban air yang sangat luar biasa. Ternyata air dapat mendengar dan molekulnya berubah bentuk SUBHANALLAH... (Luar biasa…!!!)

 Di Jepang, Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air. Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, “Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)” di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, “Arigato”. Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata “setan”, kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.
Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah…..

Berikut adalah gambar keajaiban air tsb :
Ketika dibacakan doa untuk kesembuhan didepan sebotol air maka terekam kristal seperti gambar dibawah:


Ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan..


Ketika diputarkan musik symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga, seperti gambar dibawah ini :


Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal akan hancur..


Kristal air ini merekam lagu ‘Imagine’ dari John Lennon. Seperti lagunya, kristal ini unik dan indah. Setiap elemen tumbuh dg harmonis.


Saat diungkapkan ‘war’, kepada kristal air (sebelah kiri), maka bentuk kristal ‘peace’ (kanan) tertabrak oleh benda mirip pswt (WTC pd 9 Sept). Gambar direkam sebelum kejadian.


Selanjutnya ditunjukkan kata ”malaikat” : terbentuk rantai dg kristal hexagonal yg indah (gambar kiri), dan ketika ditunjukan kata “setan”, kristal berbentuk buruk dg bola api ditengah (gambar kanan).


Kristal air yang direkam dari mata air yg masih jernih di Jepang :

Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan.
Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk. Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit. Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air.

 Air putih galon di rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari.
Bila air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas. Rasulullah saw. bersabda, “Zamzam lima syuriba lahu”, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Subhanallah . Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.


Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang menyuruh memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar. Tetapi kita belum melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah..

 Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadits.

“Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup.” (QS. Al Anbiya : 30).

Wallahu a’lam bishshowwab..

Sumber : http://pandu83.wordpress.com
Gambar diambil dari http://prayudi.wordpress.com

Rabu, 21 Desember 2011

Romantika Cinta Barirah dan Mughits


Siapakah Barirah ?

Barirah adalah maula (mantan budak) ‘Aisyah radliyallah ‘anha. Sebelumnya ia adalah budak milik seorang Anshar dari kabilah bani Hilal. Ia terkadang membantu ‘Aisyah dengan upah sebelum dibeli oleh ‘Aisyah dan dibebaskan.

Barirah seorang wanita yang pandai, perawi hadits dan faqihah serta memiliki firasat yang tajam dan tepat. Ia hidup sampai masa kepemimpinan Mu’awiyah radliyallah ‘anhu.
Diriwayatkan dari Abdul Malik bin Marwan (seorang raja dari bani Umayyah), ia berkata: “Aku pernah datang kepada Barirah di Madinah, lalu ia berkata kepadaku: “wahai Abdul Malik, aku melihat pada dirimu ada beberapa sifat yang baik, sesungguhnya engkau layak menerima perkara ini (menjadi pemimpin), jika kamu telah menjadi pemimpin, waspadalah terhadap urusan darah, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُدْفَع عَنْ بابِ الْجَنَّةِ بَعْدَ أن يُظْهَرَ إليه بِمِلْئِ مَحْجَمَةٍ مِنْ دَمٍ يُرِيْقُهُ مِنْ مُسْلِمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Sesungguhnya seorang laki-laki akan dijauhkan dari pintu surga setelah dinampakkan kepadanya satu mangkuk bekam berisi darah seorang muslim yang telah dia alirkan (membunuhnya) tanpa hak (jalan yang benar).“

Siapakah Mughits?

Mughits adalah suami Barirah. Dia seorang budak hitam, maula Abu Ahmad bin Jahsy Al-Asadi. Istrinya meminta pisah darinya sesudah  dimerdekakan oleh ‘Aisyah. Ketika itu, Mughits masih berstatus sebagai budak (berdasarkan pendapat yang lebih tepat).

Disebutkan di dalam Shahih Al-Bukhari dari jalan Khalid Al-Hadda’, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas; bahwasanya suami Barirah adalah seorang budak, bernama Mughits, saya melihatnya berjalan dibelakangnya sambil menangis, sampai-sampai air matanya mengalir ke jenggotnya, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا عَبَّاس ! أَلا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيْرَةً وَمِنْ بُغْضِ بَرِيْرَةٍ مُغِيْثاً
“Wahai Abbas, tidakkah engkau merasa heran dengan cintanya Mughits terhadap Barirah dan bencinya Barirah terhadap Mughits.” (Insya Allah akan dipaparkan pada kisah di bawah nanti).

Kisah Perkawinan Barirah dengan Mughits

Abu Ahmad bin Jahsy, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tuan dari Mughits, sangat menyayangi dan kagum terhadap budaknya itu. Ia seorang budak yang amanat, jujur, dan bersemangat dalam berkhidmat terhadap tuannya sehingga ia berhasil mempersembahkan banyak manfaat untuk tuannya. Oleh karena itu, ketika tuannya menyerunya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, segera saja ia menyambutnya. Sebagai balasannya, ketika Mughits meminta sesuatu kepada tuannya, dengan suka rela tuannya pun mengabulkan permintaannya.

Pada suatu hari, Mughits meminta kepada tuannya untuk menikahkannya. Dan tuannya-pun menyanggupinya, tapi nanti setelah mereka tiba di Yasrib untuk hijrah.

Abu Ahmad dan Mughits keluar dari Makkah menuju Madinah. Di tengah perjalanan, Abu Ahmad menyenandungkan syair yang memuji istrinya, hal ini membuat hati Mughits semakin menggebu-gebu untuk menikah. Oleh karena, di tengah-tengah perjalanan yang masih sangat jauh dari Madinah, Mughits senantiasa mengulang-ulang permintaannya kepada tuannya.

Setelah mereka tiba di Yatsrib dan telah mendapatkan tempat, Mughits mengulangi lagi permintaannya kepada tuannya untuk segera dinikahkan. Maka Abu Ahmad menyuruhnya untuk mencari calon istri dari budak wanita yang ada di Yatsrib.

Mulailah Mughits berkeliling di perkampung Madinah. Pada akhirnya, hatinya terpaut dengan seorang budak wanita yang cantik di salah satu rumah kaum Anshar. Ia bernama Barirah. Maka ia bersegera pulang menemui tuannya dan mengabarkan berita gembira ini.

Abu Ahmad pun bersegera pergi ke tempat kaum Anshar tadi, dan menyatakan keinginannya. Merekapun menyambutnya dengan baik. Tapi Barirah tidak menyukai laki-laki ini. Ia memberitahu pada tuannya bahwa ia tidak menyukainya, lalu ia masuk ke dalam sambil menangis. Maka tuannya menyampaikan kepada Abu Ahmad bahwa ia telah ridla dengan ini, tapi Barirah tidak menghendakinya. Maka ia meminta waktu beberapa hari untuk melunakkan hati Barirah.

Mughits sangat sedih dengan tanggapan Barirah. Maka ia meminta tuannya untuk terus mendesak keluarga Barirah agar hatinya luluh. Ia menyampaikan kepada tuannya bahwa ia telah jatuh cinta kepada Barirah dan tidak mau menikah dengan selainnya.

Abu Ahmad merespon permintaan Mughits, dan ia pun berkali-kali datang ke keluarga Barirah untuk meminta budaknya. Pada akhirnya, ia berhasil, hati Barirah-pun luluh.

Kisah Kehidupan Keluarga Barirah Bersama Mughits.

Pada awalnya Barirah tidak mau menikah dengan Mughits, tapi karena desakan yang terus menerus dari tuannya, akhirnya ia pun menyatakan keridlaannya, menerima lamaran Mughits, secara dzahirnya saja. Lalu pernikahan pun dilangsungkan.

Mughits amat merasa bahagia dengan pernikahannya ini. Dia berhasil menyunting gadis cantik pujaannya. Tapi, berbeda dengan Barirah. Ia merasa telah menipu dirinya, ia menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia cintai, sampai-sampai ia berujar:

وَاللهِ مَا أَرَدْتُهُ وَلاَ رَغِبْتُهُ   ،    وَلَكِنْ مَا حِيْلَتِي وَالْقَدَرُ غَالِبٌ
“Demi Allah, aku tidak menginginkan dan tidak menyukainya, tapi apa yang bisa kuperbuat, takdir pastilah menang.“

Kesedihan Barirah sangat luar biasa, tetapi Allah telah mempersiapkan satu hal untuk meringankan beban kesedihannya, yaitu dengan dibukanya pintu salah satu rumah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Aisyah radliyallah ‘anha. Barirah sering datang ke sana untuk membantu pekerjaan Ummul mukminin.

Barirah sangat menyukai ‘Aisyah radliyallah ‘anha, beliau menyambutnya dengan ramah dan memperlakukannya dengan baik. Pada akhirnya Barirah mau mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada bunda ‘Aisyah tentang perasaannya terhadap suaminya, Mughits. Ia berkata:

وَاللهِ لَقَدْ أَكْرَهَنِي أَهْلِي عَلَى الزَّوَاجِ مِنْهُ وَمَا أَجِدُ لَهُ فِي قَلْبِي مَيْلاً وَمَا أَدْرِي مَاذَا أَصْنَعُ
“Demi Allah, aku dipaksa oleh keluargaku untuk menikah dengannya. Dalam hatiku tidak ada kecondongan (kecintaan) kepadanya, dan aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat.“

Tetapi Bunda ‘Aisyah memintanya untuk tetap bersabar dan ridla dengan takdirnya. Beliau menasihatkan:
يَا بَرِيْرَة ! اِتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِي عَلَى زَوْجِكِ فَإِنَّهُ رَجُلٌ صَالِحٌ وَعَسَى اللهُ أَنْ يُذْهِبَ هَمَّكِ وَأَنْ يَرْزُقَكِ مَحَبَّةَ زَوْجِكِ
“Wahai Barirah! Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah dengan suamimu, sungguh ia adalah laki-laki shalih dan semoga Allah menghilangkan kegundahanmu dan menganugerahkan kecintaan kepada suamimu.“

Berulang-ulang kali Barirah mengadu kepada bunda ‘Aisyah dan berulang-ulang kali pula beliau menasihatkan supaya tetap bersabar dengan suaminya, berusaha terus untuk mencintainya dan ridla dengan bagian yang Allah tetapkan padanya. Barirah-pun berusaha melaksanakan nasihat bunda ‘Aisyah, dan berusaha membuka hatinya untuk suaminya.

Setelah waktu berlalu cukup lama, ia terus mencobanya, tapi ia tetap tidak bisa, bahkan bertambahnya hari hanya menambah rasa benci kepada suaminya.

Barirah mengadu lagi kepada bunda ‘Aisyah tentang suaminya, ia berkata: “Demi Allah wahai Ummul mukminin, sungguh hatiku ini sangat membenci Mughits, aku sudah berusaha mencintainya dan aku tetap tidak bisa. Aku tidak tahu apa yang bisa ku lakukan dalam hidup bersamanya.”

‘Aisyah pun menasihatinya: “Bersabarlah wahai Barirah, semoga Allah memberikan jalan keluar dari masalahmu ini.”
“Demi Allah, aku tidak menginginkan dan tidak menyukainya, tapi apa yang bisa kuperbuat, takdir pastilah menang.” senandung Barirah

Bagaimana dengan Keadaan Mughits

Mughits amat merasa sedih dengan sikap istrinya, ia telah mencurahkan segala cintaannya kepada istrinya tapi ia membalasnya dengan kebencian yang besar. Dia meminta tolong kepada tuannya, Abu Ahmad, untuk menasihati istrinya supaya bersikap lembut kepadanya, tapi tidak juga membawa perubahan. Dia juga meminta bantuan pada keluarga Barirah, tapi mereka kurang meresponnya.

Pada suatu hari istri Abu Ahmad melihat Mughits sedang bersedih, lalu ia berusaha menghiburnya. Ia berkata: “Kenapa kamu ini wahai Mughits! Sepertinya kamu terlalu memikirkan Barirah, wanita selain dia kan banyak!!”

Mughits menjawab: “Tidak, demi Allah, wahai tuanku, aku tidak bisa membencinya dan tidak bisa mencintai wanita selainnya.”

Tuannya berkata: “Kalau begitu bersabarlah, sampai ia melahirkan anakmu, semoga setelah itu hatinya mulai berubah dan bisa mencintaimu.”

Mughits amat bahagia mendengarnya dan mulailah ia berhayal.
“Tidak, demi Allah, wahai tuanku, aku tidak bisa membencinya dan tidak bisa mencintai wanita selainnya.” Kata Mughits kepada tuannya

Sebaliknya dengan Barirah, bertambahnya hari dan bergantinya siang dan malam, hanyalah menambah rasa benci terhadap suaminya, bahkan hal ini bertambah setelah ia melahirkan. Ia berangan-angan tidak pernah melahirkan seorang anak-pun dari Mughits.

Ummul Mukminin, ‘Aisyah radliyallah ‘anha mengunjunginya ketika ia masih dalam keadaan nifas. Beliau mengucapkan selamat dan mendoakan atas kelahiran anaknya. Tapi, Barirah malah menangis tersedu-sedu di hadapannya, sampai-sampai ‘Aisyah-pun menjadi sangat kasihan padanya. Beliau berkata: “Wahai Barirah, mungkinkah engkau untuk membeli dirimu, jika engkau lakukan hal ini maka masalahmu akan bisa teratasi dan engkau berhak atas dirimu sendiri, dan jika engkau mau, engkau bisa berpisah dari suamimu.”

Barirah berkata: “Aku telah mencoba berkali-kali memohon mereka untuk memerdekakanku, tapi mereka tidak menerimanya, seolah-olah tidak ada budak selainku yang bisa membantu mereka. Tetapi aku akan tetap bersabar sehingga Allah menghilangkan rasa sedih dan gundahku.”

Setelah berlalu beberapa tahun, datanglah hari yang ditunggu-tunggu, keluarga Barirah menyatakan mau memerdekakannya jika ia siap membayar sejumlah harta selama sembilan tahun.

Barirah amat sangat senang mendengar berita ini, lalu bersegeralah ia menuju ke rumah bunda ‘Aisyah mengabarkan bahwa keluarganya menawarkan mukatabah  dengan sembilan awaq dalam waktu sembilan tahun. Setiap tahunnya satu ‘uqiyah (12 dirham), maka ia meminta bantuan kepada ‘Aisyah untuk membelinya. Ia berkata kepadanya: “Ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu wahai Ummul Mukminin, hilangkanlah kesusahanku maka Allah akan menghilangkan kesusahan Anda.”

Lalu ‘Aisyah tertawa dan berkata: “Bergembiralah wahai Barirah, demi Allah beberapa hari ini aku ingin bertaqarrub kepada Allah dengan memerdekakan budak, dan tiada yang lebih aku senangi kecuali memerdekakanmu dan menghilangkan duka citamu. Kemarilah wahai Barirah, ambilah harta ini, timbanglah dan berikan sembilan awaq kepada tuanmu, lalu bayarlah sekaligus dan dirimu menjadi milikmu.”

Datanglah Barirah menemui tuannya untuk membayar pembebasannya. Tuannya bersedia menerima tapi dengan sebuah syarat, agar hak wala’ (perwalian) ada padanya. Lalu berita ini di dengar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda kepada ‘Aisyah untuk membeli dan membebaskannya, karena wala’ bagi orang yang memerdekakan. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menemui orang-orang dan berkhutbah: “kenapa ada laki-laki di antara kalian yang membuat syarat yang tidak terdapat di dalam Kitabullah? Setiap syarat yang tidak terdapat dalam Kitabullah adalah batil, walaupun sebanyak seratus syarat. Dan syarat Allah lebih berhak dipenuhi dan lebih kuat.”

Barirah membawa uang itu kepada tuannya dan menyerahkannya sekaligus, lalu ia kembali kepada Sayyidah ‘Aisyah, berterima kasih dan memujinya. Ia berkata kepada nya:
اَلْحَمْدُ للهِ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، لَقَدْ فَرَّجَ عَنِّي هَمِّي وَكَشَفَ غَمِّي، وَلَقَدْ وَجَدْتُ الصَّبْرَ شَيْئًا عَظِيْمًا
“Al-Hamdulillah, wahai Ummul Mukminin, Allah telah menghilangkan duka citaku dan menyingkapkan kegundahanku, dan aku telah mendapatkan sesuatu yang besar dengan kesabaran.“

Barirah juga menyampaikan kepadanya bahwa ia akan segera meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memisahkan dia dari Mughits.

Pada sore harinya, ia datang ke kamar Aisyah dan meminta izin bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia pun diizinkan. Lalu ia mengucapkan salam dan menyampaikan maksudnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. “Wahai Rasulullah, aku memohon, kiranya baginda sudi menceraikanku dari suamiku Mughits, aku sekarang telah merdeka sedangkan dia masih sebagai budak, aku sudah tidak kuat lagi hidup bersamanya. Tanyalah pada Ummu Abdillah, ‘Aisyah. Pasti beliau akan memberitahukan bagaimana nasib hidupanku bersamanya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersenyum akan ucapan Barirah dan mengabulkan permintaannya. Lalu beliau mengutus seseorang untuk menyampaikan kabar berita ini kepada Mughits.

Ketika mendengar berita ini, Mughits langsung pingsan, ia dirundung kesedihan yang sangat luar biasa. Bumi yang luas ini terasa sempit dan seolah-olah nyawanya sudah pergi meninggalkan jasadnya.

Ketika mendengar berita ini, Mughits langsung pingsan, ia dirundung kesedihan yang sangat luar biasa. Bumi yang luas ini terasa sempit dan seolah-olah nyawanya sudah pergi meninggalkan jasadnya.

Setelah mendapat berita tadi, Mughits selalu mengikuti Barirah, berlari-lari di belakangnya, sepanjang perjalanannya di lorong-lorong kota Madinah. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia merayunya dengan kata-kata terindahnya, berbicara kepadanya dengan ucapan terhalusnya, tapi Barirah tidak sedikitpun terpengaruh.

Mughits meminta bantuan kepada siapa saja yang dikenalnya untuk berbicara kepada Barirah, tapi tidak juga membuahkan hasil.
Pada hari berikutnya, Mughits mengiba kepada Barirah dengan selalu berjalan dan mengikuti di belakangnya memasuki pasar kota Madinah sambil menangis sampai-sampai air matanya membasahi janggutnya, tapi hal itu juga tidak membuat luluh hati Barirah.

Mughits mengiba kepada Barirah agar mau kembali kepadanya, sampai-sampai dia berjalan di belakangnya di sepanjang jalan Madinah dengan menangis hingga janggutnya basah oleh air matanya

Pemandangan ini membuat hati setiap orang yang menyaksikannya menjadi terenyuh, kasihan dan merasa sedih, di antaranya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika itu beliau bersama pamannya Abbas, berada di pasar Madinah. Lalu beliau berkata kepadanya:
يَا عَبَّاس ! أَلا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيْرَةً وَمِنْ بُغْضِ بَرِيْرَةٍ مُغِيْثاً
“Hai Abbas, tidakkah engkau heran dengan cintanya Mughits kepada Barirah dan bencinya Barirah terhadap Mughits.“

Abbas pun menjawab; “betul, Demi Dzat yang mengutusmu, sungguh urusan mereka sangat aneh.”

Ketika Mughits melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia pun mendatangi beliau fsn meminta pertolongannya untuk menyampaikan kepada Barirah agar mau kembali kepadanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sedih melihat kondisi Mughits. Lalu beliau memanggil Barirah dan bersabda kepadanya: “Wahai Barirah, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya ia adalah bapak dari anakmu, kalau seandainya kamu mau, ruju’lah kepadanya.”

Barirah-pun memandang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan diliputi kesedihan, dan berkata:  “Wahai Rasulullah, baginda memerintahkanku?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “tidak,….. sesungguhnya aku hanyalah syafi’ (sebagai perantara saja).”

Barirah pun menjawab: “Kalau begitu aku tidak merasa butuh kepadanya, aku tidak bisa hidup bersamanya, aku memilih sendiri.”

*** *** *** ***
Inilah kisah kehidupan Barirah dengan suaminya. Suaminya sangat mencintainya, tapi Barirah sangat membencinya. Ia mampu bersabar bersamanya dalam kurun waktu yang cukup lama dengan berangan-angan ingin berpisah dari suaminya.

Pada akhirnya, datanglah hari yang ia tunggu-tunggu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memisahkan keduanya. Ia merasa seolah-olah telah keluar dari Neraka. Tetapi, sebuah kalimat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hampir saja menghapus seluruh harapan yang sudah lama ia nantikan, ia harus mengesampingkan seluruh perasaan bencinya terhadap suaminya dan akan kembali ke pangkuannya dengan penuh keridlaan dan kerelaan, karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Inilah sosok seorang mukminah sejati, yang selalu mendahulukan firman Allah dan sabda Rasulnya daripada keinginan dirinya. Allah berfirman:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nur: 51)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)

Maha Besar Allah dengan segala PenciptaanNya... Allahu Akbar..

Kisah Cinta Sejati Seorang Sahabat untuk Sahabatnya... Tak kan sia-sia dimata Allah segala apa yang dilakukan karena Allah.. InsyaAllah..

 Kisah ini link kutip dari buku Jalan Cinta Para Pejuang karya Salim A. Fillah. Luar biasa menyentuh hati,…Lebih indah dari Romeo and Juliet tentang cinta yang tak harus memiliki dan sejatinya kita tidak memiliki apa-apa di kehidupan ini…semua milik Allah. MAri belajar kepada Salman tentang arti cinta dan persaudaraan, tentang kesadaran yang sering terlupakan, tentang rasa memiliki yang terkadang memabukkan.
Salman al-Farisi pada awal hidupnya adalah seorang bangsawan dari Persia, sebagai seorang Persia ia menganut agama Majusi, tapi ia tidak merasa nyaman dengan agamanya. Kemudian ia mengalami pergolakan batin untuk mencari agama yang dapat menentramkan hatinya. Pencarian agamanya membawa hingga ke jazirah Arab dan akhirnya memeluk agama Islam.
Ia menjadi pahlawan dengan ide membuat parit dalam upaya melindungi kota Madinah dalam pertempuran khandaq. Setelah meninggalnya Nabi Muhammad, ia dikirim untuk menjadi gubernur di daerah kelahirannya, hingga ia wafat. Salman termasuk sahabat nabi yang dekat bahkan ada sebuah riwayat Rasulullah saw menyatakan, “Salman termasuk keluraga bagi kami.”
Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.
”Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
Subhanallah sebuah teladan yang begitu bagus, memang generasi Rasul dan sahabat adalah sebaik-baiknya teladan.

Selasa, 20 Desember 2011

Sudahkah aku IKHLAS??? Aku tak tau.. Sudahkah aku Bijak??? Aku tak tau.. Sudahkah aku Mampu??? Aku tak tau... Yang ku tau, setiap hari aku belajar.. Belajar lebih mencintaiMU.. InsyaALLAH...

 
Aku mencintainya dalam asa yang bisu..
Aku mencintai keimanannya dalam ruang hampa yang tak terjamah...

Adakah yang memahami hatiku hari ini??? Aku yakin KAU selalu ada dalam setiap keadaanku Rabb...
Dalam setiap gundahku.. Dalam setiap suka maupun dukaku..
Mereka yang tau tentang hatikupun tak lebih memahami sebagaimana KAU mampu pahami aku Duhai ENGKAU Yang Menggenggam Hatiku...

ALLAH... Sebagaimana yang telah kupinta dariMU, agar KAU lenyapkan saja segala asa yang hanya akan membuat lubang dihatiku.. Jika cinta adalah fitrah, teringatku akan pesan abangku ars beberapa waktu lalu,
"...dimanapun cinta itu ditempatkan akan selalu bernilai positif..., jika kita memiliki kecintaan terhadap sesuatu, maka cinta itu akan menjaganya dari kesedihan, menjaganya dari ketidaknyamanan, dan menjaganya dari keraguan.. Itulah sebabnya mengapa seorang pujangga mengatakan bahwa cinta itu tak harus memiliki, namun akan selalu memberikan yang terbaik dalam keadaan berat ataupun ringan untuk yang dicintainya.. Apalah arti sebuah cinta yang tidak dirawat dan ditumbuhkan bersama??? KEIKHLASAN HATI kini punya peranan."

Untuk aku yang sedang belajar IKHLAS..
Kini..ingin semakin kuwujudkan kecintaanku terhadapMU dengan mengikis habis cintaku kepadanya yang bisu nan hampa...
Dengan suara parau kukatakan, "KAU yang lebih berHAQ kucinta Duhai ALLAH..."
KAU yang selalu memberi yang kupinta, bahkan juga yang tak kupinta.. Karena mencintaiMU sungguh tak menyesakkan jiwaku.. MengagumiMU tak lantas membuatku kecewa hingga menguras airmata batinku..

Pesan abangku ars : "..jika kau sedang mengaguminya ingat saja semua keburukan-keburukannya, hingga kekagumanmu itu tak melambung tinggi hingga menguap di udara membuat terlena.."
Didalam hatiku, aku juga berpesan hal yang sama untuknya kepada bidadari yang dikaguminya itu... =Dv

Sudahlaaah... Sendu jangan terlalu lama..
Malu jika ALLAH menegur karena lalai dan terlena...
Selamat tinggal duhai raga yang membuatku lena.. Kepeduliankupun padamu tak lebih karena Islam telah mengikat kita menjadi bersaudara..

Bismillah... Tawakkal itu Indah.. HAMMASAH!!! \(^_^)/

Minggu, 04 Desember 2011

Belajarku dari seorang IBU...

 
-031211-
TOTAL IMAGE *Persembahan cinta dari Ummu Rayyan, "didedikasikan untuk hidup lebih bermanfaat"* (:

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Pagi itu kususuri matahari di atas pijakan tanah berair...
Diawal matahari mengecup bibir langit, niatku hanya ingin mencuri ilmu sebanyak-banyaknya dari si ibu yang satu itu.., dan berharap Allah meridhoi perjalananku mengais puing-puing ilmu dari beliau.
Dari awal aku memang sudah mengagumi beliau.., MASYA ALLAH...dari pribadinya saja aku sudah mencium harum keelokkan iman. Bertambahlah keharuman iman dan ihsannya ketika ku jamah keindahan mahligai keluarganya.

Ingin sekali selalu bercermin darinya. Belajar banyak, berbagi ilmu dan pengalaman darinya. Pribadinya menyenangkan... Secara logika, bagaimana aku tau kalau pribadinya menyenangkan? Sudah cukup dekat kah aku mengenalnya? Tidak jugaa... :D Kesimpulanku yang mengatakan beliau berpribadi menyenangkan karena raut wajah yang terpancar memukau. Hampir setiap kali kuperhatikan mengapa bisa demikian, sebab di wajah yang teduh itu selalu melekat senyum tulus yang mengembang. Subhanallah... Maha Suci ALLAH Yang menciptakan makhlukNya dengan sebaik-baik bentuk.. *(Q.S. At-Tin : 4)

 

Bekal ilmu dari beliau pagi itu bermakna sekali. Betapa pentingnya kita sebagai makhluk sosial membangun komunikasi yang baik. Betapa komunikasi yang baik dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam lingkup kecil sekalipun; antara  kita dengan keluarga, sahabat, sampai ke lingkup yang besar. Cara penyampaian informasi dalam komunikasi pun butuh perhatian khusus, untuk menunjang terbentuknya sebuah komunikasi yang seimbang antara input dan outputnya. Begitu juga dengan sikap penyampaian, sampai bagaimana menghargai dan melakukan interaksi yang ideal.. ^_^
Point penting yang juga kutandai adalah "sebuah keterbukaan akan membantu memudahkan terbentuknya komunikasi yang baik". Point ini berkaitan khusus dengan 'pribadi' seseorang. ^^
Dibeberapa pembahasan lainnya, yang akan kurangkum disini adalah mengenai betapa pentingnya diri kita bagi orang lain apalagi bila keberadaan kita senantiasa memberi ketenangan terlebih jika bisa mendatangkan manfaat. :) 
Di awal pembuka pembahasan tadi sempat ku kaget ketika beliau mencoba membuka kisah dan berbagi ilmu tentang keberadaan seekor lebah, pasalnya aku pribadi pernah punya moment ta'aruf "chating" via Facebook dengan beliau. Dan setelah memasuki perkenalan, sempat ku menyebut kebangganku dengan seekor lebah. Mengapa demikian? Karena saat itu aku gambarkan kami mujahid-mujahidah dakwah sebagai kawanan tentara lebah. 
Karena lebah sendiri memiliki makna yang Luarrr biasaa...!!! Lebah adalah makhluk ciptaanNya yang kehidupannya BAIK. Cara ia hidup Subhanallah baik. Ia hinggap ditempat yang baik yaitu bunga dari taman ke taman. Ia mencari makan dengan cara yang baik (tidak merusak bunga), dan yang ia hasilkan pun baik yakni madu. Betapa Hebatnya ALLAH Yang telah menciptakan lebah yang seluruh kehidupannya baik, dan untuk dijadikan ilmu, pelajaran, serta hikmah untuk hamba-hambaNya yang berASA selalu dalam keBAIKan. (: 
Dengan senyumnya yang khas beliau menerbangkan kegembiraan yang luar biasa saat berkata "jadilah seperti lebah yang senantiasa membawa manfaat". Catatan kaki di
modulnya saja tertulis "didedikasikan untuk hidup lebih bermanfaat".. MASYA ALLAH... LAA QUWWATA ILLAA BILLAH.. (:
Satu lagi yang menarik ketika beliau berbagi ilmu di pagi itu.. Beliau itu punya 'Amazing Word'. Apakah itu? Sebenarnya aku sudah tau itu sejak awal-awal ingin kenal sampai akhirnya bisa kenal 'beneran' sama beliau sekarang ini. Amazing Wordnya beliau adalah MASYA ALLAH... Kalau Maher Zain terkenal dengan lagu 'Insya ALLAH' nya, nah..beliau itu sudah terkenal olehku dengan Amazing Wordnya 'MASYA ALLAH'.. hehe :D 
Satu lagi yang kusuka dari beliau karena beliau selalu haus ilmu. Itu karena beliau selalu senang belajar dimana saja dan dengan siapa saja.., sukanya lagi karna beliau senang berbagi ilmu dan mencintai ilmu. Inspiring! -_- 
Jujur! Kalau lagi melihat beliau bicara dan bersikap jadi teringat ku dengan mamaku tercinta dirumah. Emang sama? Ya jelas engga..^^ Kan masing-masing manusia diciptakan berbeda! Mengapa ingat mamaku di rumah? Karena ketika melihat beliau langsung ingat dengan seorang IBU yang paling BAIK sedunia.. Siapa lagi kalau bukan mamaku.. ;) Keduanya adalah  IBU yang menginspirasiku.^^ Selain seorang Sumayyah Binti Khabath ra. wanita muslimah pertama yang mati syahid, sekaligus seorang isteri dan IBU yang tangguh. Betapa tidak? Mereka itu dua orang yang berbeda namun sama-sama seorang Wanita Tangguh yang perannya di keluarga sangat mendominasi terbentuknya mahligai kebahagiaan yang di naungi dengan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah dari ALLAH.. Dan terakhirnya harus ada kata DAKWAH! Iya dooong... ;)

Pokoknya..untuk hidup yang lebih baik, jadilah manusia yang bermanfaat untuk keBAIKan! Now! or Never!
Lakukan sekarang! Atau tidak sama sekali! Karena waktu tidak akan menunggu kita untuk berubah, tetapi waktulah yang akan menunjukkan perubahan kita! #Salam Perubahan! //^_^

*Thank's to: 
1. ALLAH 'AZA WA JALLA Yang telah menciptakan makhluk paling indah bernama IBU. Pencipta makhluk bernama Lebah yang memberikan hikmah untuk manusia yang berpikir.
2. Mamaku tercinta yang dengan keringat, airmata, do'a, serta seluruh daya dan upayanya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk aku anaknya yang masih belajar jadi anak shalihah yang berbakti kepada Orangtua dan Istiqomah di JalanNya. Maaf ya mam..gambarmu gak di pajang di Blog ini... Karena wajahmu sudah senantiasa melekat di relung hatiku.. ^_^ :*
3. Makhluk cantik bernama IBU dari dua orang anak yang shalih dan shalihah, yang bicaranya, akhlaqnya, dan kehidupannya sebagai tempat aku belajar. Ku sapa ia dengan Tante Nisa (Ummu Rayyan)
4. Teman, kerabat, sahabat, dan saudara-saudariku di Jalan ALLAH. Bersama kita semai kemanfaatan seperti lebah.. (: Hammasah! \(^_^)/

<3 Barakallahu Fiikum... :* <3

_salam sukses sahabat... ^_^