Selasa, 17 Januari 2012

Semoga ALLAH menyayangi dan mengasihi teman-teman dan sahabat kita... Aamiin.

Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Mataku menemukan tulisan ini
Lisanku membacanya
..dan sesaat hatiku langsung menerjemahkannya
Sesaat itu pula butiran bening jatuhi pipi...
Teringat olehku akan dirinya,
menangisku saat kubayangkan wajahnya berputan di pikiranku...
Wajah seorang sahabat yang kusayangi karena ALLAH Menyayanginya...
Menangis
..mengingati
dan seketika terjerembab dadaku sesak...

Tangis ini sama ketika aku mengingati dan membayangkan wajah seorang IBU dan AYAH yang kukasihi..
Tak ada kata..
Hanya suara sedu sedan yang datang dari sanubari yang rindu sahabat sejati...
ALLAH-ku Sayang...
Jadikan aku bermanfaat untuk saudara-saudariku..
..dan mendatangkan manfaat ketika rajutan kasih kami jalin diatas JalanMu dan atas namaMu...

Yaa ALLAH Yaa Tuhanku... Berikanlah aku seorang sahabat yang baik jua bermanfaat... ..dan Ridhoilah aku bersamanya... Jika Engkau belum Ridho, maka Ridhoilah aku untuk menjadi sahabat yang baik jua bermanfaat untuknya, dan mereka...
Ini untukmu sahabat, yang namamu selalu menghiasi pelataran hatiku yang syahdu...
Aku menyayangimu karena ALLAH Menyayangimu...
Aku mengasihimu karena ALLAH mempertemukan kita dengan KasihNya..
Dengarkanlah kata hatiku yang sedang belajar menjadi Sahabat yang baik untukmu...
"Aku akan berusaha menjadi sahabat yang baik untukmu selama ALLAH membuatku mampu..."
Jadilah kau penghias langkahku,
Bersama tapaki jalan Perjuangan!
Janganlah berjalan di depanku, karena mungkin aku tak bisa mengikutimu
Jangan pula jalan di belakangku, karena bisa jadi aku tak mampu menuntunmu..
Berjalanlah seiring bersamaku, dan jadilah sahabatku... :')
#icon ini sering disertai dalam smsmu kepadaku dan smsku kepadamu ({}) <3
Semoga ALLAH barokahi hidupmu dan keluargamu...

(Aku yang masih belajar untuk menjadi lebih baik) Annisa Al-Hawari






Mari pelajari tulisan ini bersama... Pelajari... dan amalkan! InsyaALLAH ALLAH mudahkan... :')


Sebut saja A dan B. Dua orang sahabat yang sejak kecil sering bercanda bersama, menangis bersama, bahkan melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggipun selalu bersama. Kecocokan antara keduanya telah terbingkai dalam sebuah jalinan persaudaraan yang unik, yang tak mudah kita temui di kebanyakan episode persaudaraan yang lain.
Suatu ketika, di sebuah serambi masjid kampus, mereka sepakat untuk saling mengoreksi dan mengevaluasi dir mereka masing masing. Si A harus mengevaluasi kekurangan dan kelebihan si B. Begitupun sebaliknya, si B juga harus bisa menyebutkan kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri si A. Mereka bersepakat bahwa beberapa hari lagi akan bertemu di tempat yang sama untuk menyampaikan hasil evaluasi yang mereka siapkan mulai dari pertemuan itu. Hingga tibalah hari dimana mereka menyampaikan boring evaluasinya.
“A, silahkan kamu mulai bacakan evaluasimu terhadap tingkahku selama ini.” Ucap si B mengawali pembicaraan.
“Tidak B, kamu saja yang memulainya. Sepertinya tulisanmu lebih banyak. Dan sepertinya kamu lebih siap untuk menyampaikannya lebih dahulu.”
“Hmm, baiklah. Aku yang akan memulainya.”
“Silahkan B, aku akan mendengarkan.”
“Tapi,,, kamu janji ya tidak akan marah padaku setelah kubacakan penilaianku padamu?”
“Baiklah, aku tidak akan marah. Sampaikan saja sejujurnya padaku.”
“Kamu mau mendengar yang mana dulu? Tentang kelebihanmu atau kekuranganmu?”
“Kekuranganku saja dulu.”
“A, kamu itu orangnya egois, maunya selalu diperhatikan, tidak peka sama lingkungan, tak pernah mau terus terang tentang masalah yang menimpamu. Kamu itu selalu menyalahkan orang lain ketika ada masalah yang menimpamu, kamu itu……”
“maaf B, maafkan aku bila selama ini telah sering menyakitimu.” Ujar si A memotong perkataan si B yang sedang membacakan evaluasinya.
“Tak apa A, maaf juga bila kamu telah teseinggung mendengarkan evaluasiku ini. Tapi, aku masih belum selesai membacakannya. Apakah harus ku hentikan?”
“Tidak B, lanjutkan saja. Aku akan terus mendengarkannya.” Kata si A sambil menyeka pipinya yang mulai meneteskan air mata.
“Kamu itu, maaf…. Pemalas, tergantung pada orang tua, selalu bilang aku seperti anak-anak. Dan kamu itu plin-plan….” Sejenak B menatapa wajah saudaranya. Binar matanya mulai terbasahi air mata yang muai menetes melintasi pipinya.
“A, ada apa? Apa ku menyakitimu? Kalu begitu aku hentikan saja evaluasiku. Aku tak ingin sahabatku bersedih seperti ini.”
“Tidak apa B, terus lanjutkan saja. Aku akan terus mendengarkan nasehat dari sahabat terbaikku.”
“Aku tak sanggup melihatmu bersedih seperti ini. Biar ku hentikan saja ya.”
“Tolong B, lanjutkan saja. Aku tidak apa-apa sahabatku. Aku hanya ingin mengetahui dari lisanmu mengenai kesalahan-kesalahanku padamu. Apakah kekuranganku masih banyak?” ujar A sambil menahan tangis yang hampir meledak “Maaf A, masih ada tiga halaman lagi.Baiklah, aku lanjutkan.” Si B pun melanjutkan membaca daftar kekuragan si a yang telah ia tuliskan.
Selanjutnya, si B membacakan daftar kelebihan yang dimiliki si A.
“A, bagiku kamu tetap istimewa, kamu adalah temanku yang paling cerdas dan kamu sering mengingatkanku bila ku tersalah.” Si B membacakan daftar kelebihan si A yang hanya tiga paragraph tersebut.
“Sudah A, aku sudah membacakayan semuanya. Selanjutnya giliranmu.”
Sambil berusaha senyum, si A membacakan daftar kelebihan dan kekurangan si B.
“Sekarang aku akan membacakan kelebihanmu dulu saja ya B.”
“Baik A, kalau kamu berkenan, silahkan.”
“Kamu itu kreatif, cekatan, suka menolong, penuh ide brilian, konsisten, tak mengharap imbalan duniawi, kata-katamu selalu terjaga, dan selalu senyum tatkala menyapa ornag-orang disekitarmu….” Ucap si A panjang lebar hingga tiga halaman A4 ia selesai bacakan.
“Sudah B, aku sudah selesai membacakan semua yang kutulis.”
“kekuranganku?”
“Tidak, tidak ada. Aku sudah rampung membaca semua evaluasiku padamu saudaraku.”
“Apa maksudmu? Apa saja kekuranganku dan tingkah burukku yang telah menyakitimu selama aku menjadi sahabatmu A? coba sebutkan saja, aku tidak akan marah.”
“Aku tak bisa menuliskan apapun pada lembar kekuranganmu A. bagiku, kekuranganmu telah mengajarkanmu untuk lebih dewasa dan bijak dalam mengambil setiap keputusan. Dan semua itu telah terbingkai indah dalam memori hidupku sahabatku. Oleh karena itu tak ada yang bisa kubacakan mengenai kekuranganmu.”
“Duhai sahabatku, maafkan aku. Sungguh engkau adalah sahabat terbaik yang pernah kutemui. Engkau adalah mutiara yang selalu menjadi perhiasan dalam hidupku, menghiasi setiap lembaran perjalanan kehidupan yang penuh kejadian mengharu biru ini.”
Dan kini, serambi masjid kampus itu pun menjadi saksi, tetesan asir mata yang mengalir karena sebuah ikatan yang begitu berharga. Ikatan ukhuwah.
* * *
Ah, rasanya aku belum bisa menjadi seperti A yang mampu menangkap setiap aura kebaikan dari sahabatnya. Menjadikan segala kekurangan sahabatnya sebagai pelecut semangat untuk mendewasakan diri tanpa mengungkit-ngungkit apalagi membicarakan kekurangan sahabatnya pada orang lain. Kita, pasti pernah punya salah. Bahkan sering kita lakukan pada orang lain. Pada sahabat kita. Saat ego masih tersimpan dalam hati, saat persepsi menutupi mata hati bahwa orang lain harus menjadi yang sempurna dihadapan kita, tanpa cacat, tanpa kekurangan. Maka, sesungguhnya kita telah membutakan mata hati kita untuk memberikan permaafan pada orang lain. Menganggap setiap kesalahan sahabat kita adalah dosa besar yang takkan termaafkan dan telah menutup pintu maaf bagi setiap kesalahan mereka.
Sahabatku, Saudaraku, ikatan kita bukan sembaran ikatan. Kita diikat bukan karena kesamaan ampus, kesamaan asal daerah, kesamaan jurusan, kesamaan organisasi. Akan tetapi kita diikat atas dasar cinta yang terbingkai dalam ukhuwah. Cinta pada Allah dan ukhuwah yang menggelora mempersatukan setiap keping-keping hati yang tersebar di seluruh penjuru bumi-Nya ini.
Sahabatku, Saudaraku, ikatan kita adalah ikatan yang istimewa. Yang telah dipertautkan oleh Yang Maha Istimewa, yang selalu kita ucapkan do’ado’a rabithah dalam waktu istimewa kita, disepertiga malam terakhir sambil berdo’a;
Ya Allah.. Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu, berhimpun dalam naungan cintaMu, bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan, Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, terangilah dengan cahayaMu, yang tiada pernah padam, Ya Rabbi bimbinglah kami. Lapangkanlah dada kami, dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu, hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalan Mu, Engkaulah pelindung dan pembela.


“Seseorang (diukur) berdasarkan agama temannya; maka hendaklah salah seorang di antara kamu melihat siapa yang ia jadikan kekasih (teman)."
(HR.Abu Daud, dishahihkan Syaikh al-Albani) 

*Kudapati tulisan ini dari sini : http://www.facebook.com/notes/mumtazah-ilhamdi-elrahman/muhasabah-cinta-dua-sahabat/10150595114066352?notif_t=note_reply

Jazakillah kakak sayang... :*

Ambillah yang baik, tinggalkan yang tidak bermanfaat... ^_^v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

_salam sukses sahabat... ^_^